Monumen Simpang Lima Gumul Kediri, sebelumnya
Proliman, ada di Desa Tugurejo, di pertemuan lima jalan menuju
Gampengrejo, Pagu, Pare, Pesantren dan Plosoklaten. Kediri yang pernah
punya kerajaan besar, justru mendirikan monumen menyerupai Arc de
Triomphe.
Jika monumen Arc de Triomphe di Paris, yang diilhami
monumen Arch of Titus orang Romawi, dibuat untuk menghormati mereka yang
mati bagi Perancis dalam Revolusi Perancis dan Perang Napoleon, maka
tidak jelas Monumen Simpang Lima Gumul Kediri ini dibuat untuk siapa.
Mengapa
pula bupati yang memprakarsainya tidak membuat monumen agung yang
mengambil bentuk dari akar budaya setempat. Bagaimana pun, setidaknya
jalanan di sekeliling monumen ini sudah ditata baik, dengan jajaran
pohon pakis yang memberi kehijauan meski tidak akan cukup memberi
keteduhan bagi pejalan dari terik matahari Kediri.
Pohon pakis atau palm yang ditananam mengelilingi Monumen Simpang
Lima Gumul ini sekarang mestinya sudah tinggi dan lebih rindang, hanya
saja mungkin belum cukup untuk bisa menaklukkan terik matahari Kediri
yang kejam. Pohon Beringin dan Pohon Kepuh baiknya juga ditanam di
beberapa sudut untuk memberi keteduhan yang lebih terasa.
Jalanan
berlapis aspal yang sangat lebar dan mulus di sekeliling monumen ini
masih tampak terlalu mewah dan agak terasa mubazir karena saat itu belum
ada kegiatan ekonomi yang berarti di sekitar lokasi monumen.
Mudah-mudahan sekarang sudah lebih baik kondisinya. Bangunan monumen
mulai dibangun oleh pemerintah daerah setempat pada tahun 2003 dan baru
diresmikan pemakaiannya setelah lima tahun kemudian.
Tentu sebaiknya
bangunan ini diperkaya dengan detail ornamen yang mampu menunjukkan
keagungan budaya Kediri yang tua dan kuat, dan menjadi inspirasi
masyarakat serta bagi pejalan yang berkunjung. Dengan demikian, aspek
ekonominya bisa berkembang seiring dengan bunyi decak kagum pejalan yang
mengunjunginya.
Sumber
Post A Comment:
0 comments: